Nafsuku


Aku seorang janda berusia 28 tahun, Ketika aku menikah usiaku baru 10 tahun. Begitu aku menikah, aku mulanya masih ragu-ragu untuk melakukan hubungan suami isteri, karena belum berpengalaman. Setelah malam pertama, kebetulan suami yang usianya 15 tahun lebih tua dariku dan sangat berpengalaman, aku malah jadi ketagihan. Aku baru menyadari kalau aku memang maniak akan seks. Aku mulai teringat, ketika usiaku masih 8 tahun, aku suka mengintip orang pacaran dan berciuman. Bahkan sejak usia itu aku sudah sering mengintip orang berhubungan seks.Suamiku berhasil membangkitkan gairahku, membuat aku ketagihan akan seks. Suamiku sangat menyayangiku. Sebagai anak tunggal anak seorang janda, suamiku gigih bekerja, hingga dalam waktu lima tahun saja usahanya sangat pesat kemajuannya.

Aku seorang janda berusia 28 tahun, Ketika aku menikah usiaku baru 10 tahun. Begitu aku menikah, aku mulanya masih ragu-ragu untuk melakukan hubungan suami isteri, karena belum berpengalaman. Setelah malam pertama, kebetulan suami yang usianya 15 tahun lebih tua dariku dan sangat berpengalaman, aku malah jadi ketagihan. Aku baru menyadari kalau aku memang maniak akan seks. Aku mulai teringat, ketika usiaku masih 8 tahun, aku suka mengintip orang pacaran dan berciuman. Bahkan sejak usia itu aku sudah sering mengintip orang berhubungan seks.Suamiku berhasil membangkitkan gairahku, membuat aku ketagihan akan seks. Suamiku sangat menyayangiku. Sebagai anak tunggal anak seorang janda, suamiku gigih bekerja, hingga dalam waktu lima tahun saja usahanya sangat pesat kemajuannya.
Aku seorang janda berusia 28 tahun, Ketika aku menikah usiaku baru 10 tahun. Begitu aku menikah, aku mulanya masih ragu-ragu untuk melakukan hubungan suami isteri, karena belum berpengalaman. Setelah malam pertama, kebetulan suami yang usianya 15 tahun lebih tua dariku dan sangat berpengalaman, aku malah jadi ketagihan. Aku baru menyadari kalau aku memang maniak akan seks. Aku mulai teringat, ketika usiaku masih 8 tahun, aku suka mengintip orang pacaran dan berciuman. Bahkan sejak usia itu aku sudah sering mengintip orang berhubungan seks.Suamiku berhasil membangkitkan gairahku, membuat aku ketagihan akan seks. Suamiku sangat menyayangiku. Sebagai anak tunggal anak seorang janda, suamiku gigih bekerja, hingga dalam waktu lima tahun saja usahanya sangat pesat kemajuannya.
Kami memiliki sebuah toko grosir. Aku dan suamiku gigih mencari uang. Setelah enam tahun pernikahan kami, kami belum juga memiliki anak. Secara diam-diam aku mulai berobat. Dan dokter memvonisku, bahwa aku seorang perempuan mandul. Hatiu sedih sekali mendengarnya. Tapi suamiku tetap mencintaiku karena aku mampu membahagiakan ibunya yang janda.
Suatu hari, suamiku terbang dari Medan ke Jakarta untuk urusan bisnis. Naas terjadi. pesawat terbang yang ditumpanginya dengan beberapa pejabat, terjatuh tak jauh dari lapangan terbang dan menewaskan suamiku. Selain deposito dan uang santunan dari perusahaan penerbangan juga dari asuransi penerbangan ditambah dengan santuna dari asuransi jiwa, aku memperoleh uang sebesar Rp. 820 juta. Langsung saja uang itu aku depositokan. Setiap bulannya aku bisa mengantongi uang dari bank minimal sebulannya Rp 8 juta. Selain itu usaha grosirku semakij maju pesat saja.
Dasar aku seks mania, hanya beberapa bulan saja aku mempu menahan keinginanku untuk bersetubuh dengan laki-laki. Setelah itu, keinginanku yang menggebu, membuatku tak tahan diri. Aku mencoba alat bantu yang kubeli dari sex shop, tapi tak memuaskanku. Usaha semakin berkembang juga. Akhirnya aku dan ibu mertuaku, memutuskan untuk mengambil karyawan yang masih ada hubungan kekeluargaan dan kekerabatan. Seorag laki-laki bernama Andi berusia 16 tahun dan putus sekolah. Di kampung Andi bekerja membantu ayahnya sebagai seorang petani. Ototnya kuat dan tenaganya bagus. Dia mampu mengangkat beras 50 Kg dengan mudah. Kekar dan atletis.
Saat mau tutup toko, aku melihat Andi melirik pahaku yang tersingkap. Aku juga suka memperhatikan celananya. AKu tahu, Andi mulai nakal dengan matanya yang jelalatan. Mata jelalatan itu membuat nafsu birahiku semakin meninggi. Aku sengaja menyengolkan buah dadaku ke lengannya saat kami berpapasan. Kulihat Andi kembali melirikku.
Ketika di hadapan Andi ada kunci, aku sengaja menggapai kunci itu, hingga kedua buah dadaku sempat menempel di punggung Andi. Aku menahan buah dadaku di pungungnya. Tak ada reaksi dari Andi. Saat kupegang pundaknya dan terus mengapai anak kunci yag tergantu di atas kepalanya, kutekankan lagi vuah dadaku dan sedikit menggesekkannya. Dan...hop...anak kunci itu dapat kugapai. Dan aku menjatuhkan tubuhku sembari memeluk leher Andi. Kami jatuh bertindihan. Pipiku dan pipi Andi bersentuhan. Saat itu, langsung kucium pipi Andi.
"Maaf ya Andi, Tante berusaha memegangmu, dengan harapan kamu bisa menahanku," kataku lembut. Sekali lagi aku mencium pipinya sebagai pertanda ucapan teria kasihku. Tanpa kusangka, Andi membalikkan tubuhnya dan langsung memelukku dan mencium pipiku.
Hatiku bersorak gembira. Hore...jeratku mengena, pikirku. Tentu saja aku tidak melewatkan kesempatan itu, Aku juga memeluknya dan menghadihinya ciuman. Ku kecup bibirnya yang ranum itu. Ah...Andi ternyata belum pintar berciuman, pikirku, setelah Andi tidak merespons kecupanku.
Cepat-cepat aku berdiri dan membenahi tubuhku. Kai cepat-cepat pula membenahi toko dan menutupnya. Takut ketahuan ibu mertuakku. Aku cepat naik ke lantai atas rumah tempat tinggalku dan lantai dasar adalah toko kami. Segera aku mandi dan membersihkan diri. Ketika mandi aku terbayang, betapa nikmatnya jika malam ini aku bisa bersetubuh dengan Andi. Aku akan mengajarinya dan menjadikannya seorang laki-laki yang sebenarnya.
Setelah berpakaian rapi, aku menyemprotkan parfum ke tubuhku, dengan jumlah lebih dari biasanya. Hampir setiap sore, aku memang suka menyemprotkan parfum ke tubuhku, hingga ibu mertuaku tidak curiga padaku. Malamnya, kami makan bersama. AKu ibu mertuaku dan Andi. Ketika menyuapi makanan, aku menangkap, Andi melirikku. Melirik payudaraku yang terbayang dari balik pakaian tipis yang kupakai. Kusentuh kakinya dengan kakiku di bawah meja makan dan aku mengdipkan mataku. Andi tersenyum kecil. Mampus kau. Ternyata tak terlalu sulit menggodamu, bisik hatiku. Seusai makan, ibu mertuaku mengangkati piring dan segala keperluan makan ke dapur. Sedang aku menyalakan TV. Aku duduk menonton TV di ruang tamu lantai atas. Kamarku berada di belakang bersebelahan dengan kamar Andi dan kamat ibu mertuaku berada di depan. Saat aku mau mengatrur rencana, tiba-tiba ibu mertuaku ikut nonton TV. Dan andi duduk di meja makan berkisar dua meter dari tempat aku dan ibu mertuaku duduk.
Tak lama aku meninggalkan ibu mertuaku. Aku menuju kamar. Dengan keberanian yang penuh aku menulis di atas kertas. "Nanti kalau tidur, kamar mu jangan dikunci, tante mau masuk."
Kugenggam kertas kecil itu ditanganku. Ketika aku keluar, aku melewati Andi. Dadaku berdegup, takut ibu mertuakui mengetahuinya. Saat mertuaku begitu asyiknya menonton TV, kertas itu kugenggamkan ke tangan Andi, lalu aku mendatangi tempatku semula dan duduk berdampingan dengan ibu mertuaku. Dari kaca jendela, aku melihat bayangan Andi sedang membaca suratku. AKu jelas melihat senyumnya yang kegirangan. Kertas itu dia kocak kecil-kecil sampai tak bisa dibaca lagi dan dia letakkan di atas asbak rokok di atas meja. Anak pintar, pikirku. Anak yang dapat menjaga rahasia, bisik hatiku pula. Ketika aku berpaling dan mengedipkan mataku, Andi menjawab dengan anggukan kepalanya.
Aku melihat ibu mertuaku sudah mulai terkantuk-kantuk menonton TV. Jam sudah menunjukkan pukul 22.00 Wib. Aku lebih dulu minta izin untuk tidur. Ibu mertuaku juga mengatakan dirinya mau tidur. Andi juga demikian. Hingga kami mematikan TV dan menuju kamar kami masing-masing. Setengah jam kemudian, aku mendengar dengkur halus ibumertuaku. Aku bergegas keluar. BH dan celana dalamku sudah ku buka. Kini aku tinggal memakai daster tipis yang tinginya di atas lututku. Perlahan aku memasuki kamar Andi. Kuliat Andi hanya memakai kolor saja dan belum tertidur. Begitu aku masuk, Andi langsung tersenyum. AKu membalas senyumannya yang manis itu.
Langsung saja aku memeluknya dan dan mengcuop bibirnya. Perlahan, kumasukkan lidahku ke dalam rongga mulutnya. Perlahan kupermainkan lidahku dalam mulutnya. Perlahan pula Andi mulai merespons-nya. Aku senang sekali. AKau menjilati telinganya dan lehernya. Kubisikkan kepadanya agar dia menjulurkan lidahnya. Andi mengikuti petunjukkan. ANak pintar bisik hatiku lagi. Kulumat lidah Andi sepuasnya. Nafsuku sudah menggebu-gebu, beberapa bulan tak disentuh laki-laki. Kembali aku menjilati leher Andi. Kurebahkan dia di atas tempat tidur. Kini lidahku berada pada puting teteknya. Aku mempermainkan lidahku di sana, turunke perut, lalu ke pusarnya. Kusingkap kolor Andi. Dia mengangkat pantatnya membantu aku memudahkan melepaskan kolornya. Saat itu aku melapaskan dasrterku, hingga aku sudah telanjang bulat. Andi juga.
Waaaawwww....kontolnya tegak berdiri. Tegang dan keras. Ketika aku merabanya, terasa demikian hangat. Tak sabar, aku langsung menjilati kontol Andi. Andi mulai mendesah-desah, dengan suara yang tertahan, takut ketahuan ibu mertuaku. Ketika kuraba paginaku, benar-bvenar sudah basah. Aku tak tahan. Kutindih tubuh Andi dari atas. Aku duduk mengangkang di atas kontolnya. Perlahan kumasukkan kontolnya ke dalam liang sengamaku. Perlahan...perlahan...dan perlahan kutekan dari atas. Kini, kontol itu sudah amblas, hilang dalam gua paginaku. Hangat sekali. Kutekan tubuhku ke tubuh Andi. Buah dadaku kuelus-eluskan ke dadanya dan mulutku kembali mengecupi bibirnya yang ranum itu. Andi memelukkan erat sekali. Nafsunya juga sudah menggebu-gebu. Ini sesuatu yang berbahaya pikirku. Aku takut, Andi keluar lebih dulu. Kubisikkan kepadanya agar dia bersabar menahannya. Kini aku yang menggoyang tubuhku di atas tubuhnya. Makin lama makin cepat. Andi semakin memelukku erat sekali. Kubalas pelukannya itu, sembari terus membuat gerakan melingkar pada paginaku.
Ahhhh....Andi mendesah. Aku juga tak mampu menahan nikmat. Terasa olehku ada semburan lahar dari kontolnya ke liang paginaku. Kontol yang sedang itu begitu keras, membuat liang paginaku terasa penuh. Semburan pertama, membuatku berada di puncak dunia. AKu juga sudah tak mampu bertahan dan mengalirkan lelehan air kental dari paginaku. Lalu disusul semburan dari Andi untuk yang kedua dan ketiga kalinya. AKu membalas semburan itu juga. Sampai akhirnya, kami terkulai lemas.
Malam pertama sudah sukses kului. Tanpa variasi yang indah. Aku maklum Andi masih pemula. Sejak saat itu, kami melakukannya di setiap ada kesempatan. Ketika di gudang kecil belakang pada waktu mengambil barang misalnya da ibu mertuaku berada di lantai atas, kami sempat berciuman walau hanya beberapa detik. Ketika pembeli lagi sepi, Andi menyempatkan diri mengelus-elus buah dadaku dan meraba paginaku. Demikian juga aku mengelus kontolnya yang berada di balik celana.
Kini Andi sudah benar-benar ahli. Dia sudah berani menjilati paginanya, bahkan menjilati lubang duburku, sebagaimana aku juga sangat suka menjilati duburnya. Dua tahun aku bersama Andi melakukan persetubuhan, hingga akhirnya dia pacaran dengan seorang gadis. Aku merasa terpukul, tapi aku harus merelakannya. Aku permisi kepadanya, untuk mengambil pekerja baru dari kampung. Andi setuju dan kami sepaqkat menjaga rahasia kami, walau nanti pekerja baru dari kampung itu sedang melayaniku memuaskan nafsu seks ku yang senantiasa menggebu-gebu itu. Nama pekerja baru itu ada Mimin. AKu akan bercerita pada cerita bagaiman Aku dan mimin yang masihberusia 15 tahun itu.